Agama Konghucu Serta Perkembangannya di Indonesia

Agama Konghucu Serta Perkembangannya di Indonesia – Sebelum lahir Konghucu kepercayaan agama masyarakat Tiongkok adalah Taoisme dan Buddhisme, yang menuju pada pemujaan alam, penghormatan untuk leluhur dan pemujaan langit. Kekuatan alam dikuasai oleh Yang (tenaga laki-laki) dan Yin (tenaga perempuan). Kemudian di langit bersemayam dua kekuatan, yaitu Tao sebagai sumber hukum alam dan Syangti sebagai pusat alam semesta. Konghucu lahir pada tahun 551 SM dengan julukan Tsin atau Confusius dalam Bahasa latin atau Kung Fu Tse menurut ejaan Cina yang berarti Tuan Kung.

Konfusionisme yang diundangnya lebih menuju pada filsafat hubungan tentang etika dan susila, yang akhirnya disetujui sebagai agama Nasional. Ajaran Konghucu mengandung tidak formasi akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok. Konghucu selalu menghindari Bicara tentang metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang menakjubkan. Namun ia tidak meragukan tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. dewa slot

Agama Konghucu Serta Perkembangannya di Indonesia

Umat Khonghucu selain menyakini empat kitab (SuSi) juga menyakini buku yang lain (Raja Ngo) sebagai landasan dari ajaran-ajaran dari Khonghucu, dari kitab-kitab tersebut juga membahas tentang Tuhan, keimanan, hidup setelah mati dan juga membaca-buku agama manusia, alam semesta dan hubungan antara anak dan bapak, serta antara raja dan bawahannya. https://www.americannamedaycalendar.com/

Ajaran Tentang Tuhan

Dalam Agama kongfutzu, atau biasa dibunyikan dengan Khong Hu Cu, di kaitkan dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada yang menilai agama Kung Fu tze membahas agama yang diajarkan tentang nilai-nilai (Ethika) saja, karena Kung Fu Tzu sendiri menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib. sistem pengajaran Kung Fu Tzu yang mengakui pengakuan terhadap kodrat Maha Agung, serta mempercayai pemujaan terhadap arwah Nenek Moyang (Pemuja Leluhur), juga mengatur tata tertib Kebaktian.

Agama Konghucu merupakan agama monoteis, kepercayaan hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut Tian, ​​Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Dalam Yijing memuji bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan); Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng); Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen). Banyak sekali Khonghucu berbicara tentang Tuhan, ini dilihat dari beberapa kitab-kitabnya.Umat Khonghucu juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.

Thian Li

Ini adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang tidak layak dibuat oleh siapa pun. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien Li), istilah Thian Li ini sebenernya bersumber pada pemahaman Thian yang menggunakan penafsiran atau diangkat pada masa Neo-Konfusianisme. Jadi Thian Li itu sendiri memilih nama lain dari Thian. Akan tetapi dekat dengan kata sandi Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.

Thian Ming

Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan atau sesuatu yang telah dilakukan.Pangeran Chou pernah membahas Thien Ming, yang isinya tentang Thien memberikan ketetapan kepada seseorang untuk memimpin bangsa atau negara. Thian. Intinya adalah melakukan kebajikan, jika seseorang tidak menjalankan kebajikan ini maka ia melepaskan amanat dan tugas, berarti gagal dalam kehidupan ini, dan sebaliknya bila memungkinkan atau mengembangkan maka ia menjelaskan sebagai manusia yang berhasil dalam kehidupannya, yang berarti keharmonisan dalam perbincangan.

Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming ini tidak jauh berbeda, Thian Ming lebih banyak untuk dilakukan yang dilakukan pada manusia sesuai dengan amanat atau permintaan dari Thian.Thian Li juga meminta perintah, tetap publik, dan tetap anjuran yang sudah dilakukan manusi, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan peritah ini belum ada juga yang tidak. Dalam arti tidak menjalanka perintah, yaitu tidak menjalankan amanat yang dikeluarkan dari Thian tersebut.

Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati

Khonghucu tidak banyak berbicara banyak tentang hidup setelah mati, tetapi ia percaya akan membicarakan roh-roh, dan roh-roh yang berhubungan denga keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang masih hidup harus mempersembahkan yang tewas. Dalam sebuah korban yang disajikan dalam sebuah pesta atau sejajian, karena roh leluhur akan menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para leluhur mereka, karena itu dinamakan anak lai-lelaki yang berbakti (Hau) pada orang tua.Penyebahan untuk roh-roh hanya untuk kalangan keluarga saja yang telah ditinjau.Pemujaan arwah nenek moyang telah menjadi milik Tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze.Tradisi ini dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dianggap sebagai sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.

Karakteristik umum dalam agama orang Cina pada masa Konfusius adalah penyembahan leluhur.Penyembahan leluhur adalah pemujaan roh-roh orang mati oleh kerabatnya yang masih hidup.Mereka percaya kelanjutan kehidupan roh-roh leluhurnya tergantung pada bantuan yang diberikan oleh para kerabatnya juga menyakini para roh itu dapat mengendalikan peruntungan keluarga.

Jika keluarga menyediakan kebutuhan roh leluhur, sebagai ketidakseimbangan, roh para leluhur itu akan membawa hal-hal yang baik terjadi dalam kehidupan keluarga. Namun, jika para leluhur diabaikan, sebaiknya semua hal yang buruk akan menimpa keluarga.

Pengakuan Agama Khonghucu di Indonesia

Perkembangan HAM pasca reformasi tahun 1998 mengalami kemajua. Berikan juga kebebasan untuk beragama. Dalam masa ini adalah momentum yang sangat berarti bagi umat Khonghucu di Indonesia. Sebelum masa reformasi, hanya dikenal lima agama di Indonesia yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Namun, saat ini di Indonesia ada enam agama yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu.

Perkembangan etnis tionghoa yang sebelumnya sangat bersahabat di Indonesia setelah masa reformasi ini menjadi bebas. Berbagai macam budaya dan upacara adat china pun mulai berkembang di Indonesia. Barong Sai, Naga Liong, dan kerajinan china lain yang sebelumnya dikembangkan dengan diam-diam sudah dapat dipentaskan secara bebas. Sementara perayaan Imlek pun mulai diperingati di Indonesia. Hal ini menunjukkan penerimaan Indonesia atas pernyataan tionghoa dan agamanya yaitu agama Khonghucu.

Agama Konghucu Serta Perkembangannya di Indonesia1

Di Indonesia, umat Khonghucu berada di bawah naungan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Diakuinya berbicara tentang tionghoa dan agama Konghucu di Indonesia juga membahas tentang perkembangan budaya di Indonesia. Sekarang ini, bahasa Mandarin dapat dipelajari secara luas oleh masyarakat Indonesia. Biasanya akhir-akhir ini sering kali Bahasa Mandarin digunakan sebagai bahasa bisnis. Kebudayaan Cina juga sudah mulai dipertanyakan di Indonesia. Seperti Barong Sai, Naga Liong, Perayaan Cap Gomeh, Perayaan Imlek, saat ini sangat mudah ditemui di Indonesia.

Pengakuan agama Khonghucu di Indonesia saat ini baru berlangsung sekitar sepuluh tahun. Masalah masih ada kebijakan-kebijakan pemerintah orde baru, yang dirasa merugikan dan tidak adil untuk kaum minoritas seperti kaum Khonghucu dan etnis Tionghoa. Peraturan yang demikian haruslah segera dicabut atau direvisi untuk memberikan hak-hak masyarakat pada umumnya, dan Warga Negara Indonesia pada khususnya.