Destinasi di Jakarta Untuk Mengamati Keragaman Agama

Destinasi di Jakarta Untuk Mengamati Keragaman Agama

Destinasi di Jakarta Untuk Mengamati Keragaman Agama – Di tengah semakin meningkatnya intoleransi yang terus mengisi tajuk berita dan media sosial, sebuah kegiatan digelar untuk mengingatkan masyarakat tentang keberagaman agama yang dinikmati Indonesia dan sekaligus menunjukkan bahwa Jakarta tidak hanya menawarkan mal dan kafe yang berlimpah.

Dijuluki “Wisata Rumah Ibadat” (Tempat Wisata Ibadah), kegiatan tersebut mengajak peserta untuk mengunjungi beberapa tempat ibadah di Jakarta untuk belajar tentang toleransi dan keragaman agama. Diselenggarakan untuk kedua kalinya pada hari Selasa, diikuti oleh para remaja dan dimulai di GPIB (Sinode Gereja Protestan di Indonesia Barat) Immanuel dan berakhir di Pura Aditya Jaya Ramawangun. Di setiap tempat ibadah, para peserta mendapatkan penjelasan tentang sejarahnya, cara orang berdoa, dan makna simbol atau filosofi yang digunakan dalam berbagai agama. https://3.79.236.213/

Berikut ini adalah destinasi yang tersebar di seluruh Jakarta yang dapat dipertimbangkan untuk dikunjungi untuk mempelajari lebih lanjut tentang agama di Indonesia:

1. GPIB Immanuel

Destinasi di Jakarta Untuk Mengamati Keragaman Agama

Terletak di Gambir, Jakarta Pusat, GPIB Immanuel adalah salah satu gereja tertua di kota. Dibangun pada tahun 1830-an dan dirancang oleh arsitek Belanda J. H. Horst, gereja ini dulu bernama “Willem Kerk”, tetapi kemudian diubah pada tahun 1948 menjadi “Immanuel” (Tuhan bersama Kami).

Sebagai bagian dari warisan budaya Jakarta, gereja ini terkenal dengan kubahnya yang mampu memantulkan suara dan digunakan untuk khotbah di masa lalu. Kubah itu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mentransfer jumlah sinar matahari yang sama ke bagian dalam gereja. GPIB Immanuel juga memiliki organ pipa bersejarah yang dibuat oleh J. Datz pada tahun 1843. Organ tersebut masih dapat dimainkan hingga saat ini.

Layanan di GPIB Immanuel dibagi tergantung pada bahasa apa yang digunakan; Bahasa Indonesia (6 pagi, 8 pagi dan 6:30 sore), Belanda (10 pagi) dan Inggris (5 sore).

Alamat: Jl. Merdeka Timur No.10, RT 2 / RW 1, Gambir, Jakarta Pusat.

2. Katedral St. Mary of the Assumption

Katedral St. Mary of the Assumption atau lebih dikenal dengan nama Katedral Jakarta, resmi berdiri pada tanggal 21 April 1901, namun bangunan aslinya sebenarnya dibangun pada tahun 1810. Gereja ini dirancang dengan gaya neo-gotik dan memiliki tiga menara yang saat ini berdiri tegak. dalam renovasi. Sedangkan plafonnya terbuat dari kayu untuk mengantisipasi gempa. Di kedua sisi gereja, terlihat rangkaian lukisan berjudul The Way of the Cross (Jalan Salib).

Katedral Jakarta memiliki jadwal misa harian dan mingguan. Ini juga memiliki lonceng yang dibunyikan pada pukul 6 pagi, 12 malam. dan jam 6 sore. untuk mengingatkan orang untuk berdoa. Mereka yang memutuskan untuk mengunjungi gereja ini tidak boleh melewati batas suci di depan altar. Gereja juga memiliki ruang dan fasilitas peribadatan khusus untuk penyandang disabilitas.

Salah satu peserta kegiatan, Amanda Najla, 18 tahun, yang merupakan santri salah satu pesantren di Jawa Timur, menuturkan mendapatkan wawasan dari berbagai sumber tentang agama di Indonesia dan perkembangannya sangat membuka matanya. “Di sekolah kami hanya belajar tentang agama kami, oleh karena itu kami kekurangan informasi tentang agama lain. Saya akan mendorong remaja lainnya untuk mengikuti kegiatan; untuk melihat, belajar dan lebih memahami tentang keragaman agama di Indonesia, ”ujarnya.

Alamat: Jl. Katedral No. 7B, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

3. Masjid Istiqlal

Destinasi di Jakarta Untuk Mengamati Keragaman Agama

Terletak tepat di seberang Katedral Jakarta, Masjid Istiqlal dibangun sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia. Namanya, yang berasal dari bahasa Arab, secara harfiah berarti “Kemerdekaan”. Awalnya masjid ini akan dibangun di area bundaran Hotel Indonesia, namun atas saran presiden pertama Indonesia Soekarno, masjid tersebut dibangun di lokasi yang sekarang, yang dulu dikenal dengan nama Taman Wilhelmina. Pada tahun 1978, secara resmi didirikan oleh presiden kedua negara Soeharto.

Dikenal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara, Istiqlal dapat menampung hingga 300.000 jama’ah (jamaah). Bangunan itu hanya memiliki satu menara, melambangkan kepercayaan Muslim akan satu Tuhan. Ia juga memiliki kubah besar dengan diameter hingga 45 meter, sedangkan kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter dan patung bintang bulan setinggi 17 meter. Ketika digabungkan, mereka membentuk tanggal kemerdekaan Indonesia: 17 Agustus 1945.

Mereka yang ingin mengunjungi masjid harus mengenakan pakaian yang pantas; jangan memakai celana pendek, tank top atau pakaian tembus pandang, meskipun kimono panjang tersedia untuk dipinjamkan kepada turis asing. Anda juga perlu melepas sepatu atau sandal Anda sebelum memasuki masjid.

Alamat: Jl. Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

4. Kuil Hoseiji

Kuil Hoseiji (Kuil Hoseiji) dibangun pada tahun 2005. Bahan bangunannya berasal dari beberapa provinsi di Indonesia, antara lain Bali dan Jawa Tengah. Kuil ini merupakan tempat pemujaan bagi umat Buddha dengan Nichiren Shoshu yang berbasis di Jepang sebagai cabangnya. Terletak di Manggarai, Kuil Hoseiji memiliki ruang sholat, ruang kelas, bagian penerima tamu, dan kantor. Kuil buka dari jam 7 pagi hingga 9 malam.

Mereka yang ingin mengunjungi Kuil Hoseiji harus melepas sepatu dan sendalnya, lalu menyimpannya di lemari dekat pintu masuk. Dilarang mengambil foto altar yang dikeramatkan, terutama saat berada dalam posisi terbuka. Mereka yang memiliki pertanyaan tentang agama Buddha dan kuil dapat bertanya kepada resepsionis di sisi kiri pintu masuk. Anda juga dapat berbicara dengan salah satu Bhikku tetapi hanya setelah membuat janji.

Alamat: Jl. Padang No. 27, RT 05/08, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan.